Laman

04 January 2016

TEORI RAHARDJO ADISASMITA (Simpul Jasa Distribusi Menggunakan Pendekatan Orientasi Perdagangan)

MASIH PROSES . . .

Menurut Adisasmita, bahwa konsep wilayah mengandung tiga macam pengertian yakni; wilayah homogen, wilayah nodal, dan wilayah perencanaan. Wilayah homogen diartikan sebagai suatu konsep yang menganggap bahwa wilayah geografi dapat dikaitkan menjadi suatu wilayah tunggal, apabilah wilaya-wilayah mempunyai karakteristik yang sama dalam hal ekonomis, geografis, sosial dan politik.
Salah satu fenomena ekonomi wilayah adalah masalah “simpul” yang rumit, tetapi mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Banyak ahli ekonomi regional menghindarkan diri untuk mengupasnya, tetapi justru Poernomosidi dan Rahardjo Adisasmita tertarik dan berminat mengkajinya.
Dalam pembahasan sebelumnya dikemukakan bahwa Poernomosidi Hadjisarosa telah memformulasikan teori “simpul jasa distribusi” menggunakan pendekatan arus barang. Arus barang merupakan salah satu gejala ekonoi yang paling menonjol, arus barang didukung oleh jasa distribusi yaitu perdagangan dan jasa angkutan. Tingkat kepadatan arus barang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat interaksi antara simpul (jasa distribusi) besar dengan simpul-simpul kecil dan daerah-daerah lainnya yang berada dalam wilayah pengaruhnya, hal ini meripakan unsur yang penting dalam konsepsi Poernomosidi. Meskipun teori simpul jasa distribusi memiliki beberapa kelebihan di bandingkan dengan teori-teori lokasi dan pengembangan wilayah sebelumnya, namun masih terdapat peluang untuk melengkapi dan memperkuat teori simpul jasa distribusi yaitu dari pendekatan yang digunakan.
Setelah dapat mengenai gejala karakterisitk terbentuknya simpul-simpul berikut struktur hirarkis yang berlaku, Rahardjo Adisasmita berusaha lebih lanjut untuk mengkaitkannya dengan fungsi-fungsi kota lainnya, sehingga dapat diperleh gambaran tentang fungsi kota seutuhnya.

Variable yang dipilih adalah yang dapat digunakan untuk menyatakan: 
(1) besaran simpul, dan 
(2) kaitan fungsional antar simpul serta besarnya pengaruh simpul yang satu terhadap yang lain. 
Besaran simpul yang dimaksudkan haruslah yang identic dengan ukuran tingkat “kemudahan” bagi masyarakat, khususnya dalam memperoleh kebutuhan-kebutuhan berupa barang. Dalam hal in, sebagai ukuran tingkat “kemudahan” dapat digunakan “kepadatan” jasa distribusi, disamping “efisiensi-nya”. Dan kaitan fungsional yang dimaksudkan adalah dalam hal distribusi dan merupakan bagian dari kelengkapan fungsi simpul, sebagai akibat dari penerapan azas efisiensi dalam pelaksanaan system distribusi, sedangkan yang dimaksudkan dengan besarnya pengaruh simpul yang satu terhadap yang lain pada hakekatnya adalah besarnya kontribusi suatu simpul dalam rangka penambahan ataupun pengurangan kepadatan jasa distribusi sewaktu menuju simpul yang lain.

No comments: