MASIH PROSES. . .
Alfred
Weber, adalah seorang ekonom Jerman yang mengajar di Universitas Praha pada
tahun 1904 hingga 1907 dan kemudian di Universitas Heidelberg (Jerman) pada
1907 – 1933, memiliki teori yang berkaitan dengan least cost
location yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di
tempat yang memiliki biaya yang paling minimal. Tempat dimana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum cenderung identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum.
Dalam
teorinya, Alfred Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung
pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya
harus minimum. Menurut Weber, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lokasi
industri, yaitu faktor tenaga kerja dan biaya transportasi yang merupakan
faktor regional yang bersifat umum, serta faktor deglomerasi/aglomerasi yang
bersifat lokal dan khusus. Weber berbasis kepada beberapa asumsi utama, antara
lain:
a. Lokasi
bahan baku (sumber daya alam) ada di tempat tertentu saja, baik yang terbatas
maupun yang tidak terbatas.
b. Situasi
dan ukuran tempat konsumsi adalah tertentu juga, sehingga terdapat suatu
persaingan sempurna,
c. Ada
beberapa tempat pekerja yang bersifat tak mudah bergerak (immobile)
Weber juga
menjelaskan mengenai adanya gelaja aglomerasi industri. Gejala aglomerasi
merupakan pemusatan produksi di lokasi tertentu. Pemusatan produksi ini dapat
terjadi dalam satu perusahaan atau dalam berbagai perusahaan yang mengusahakan
berbagai produk. Gejala ini menarik industri dari lokasi biaya angkutan
minimum, karena membawakan berbagai bentuk penghematan ekstern yang
disebutaglomeration economies. Tentu saja perpindahan ini akan mengakibatkan
kenaikan biaya angkutan, sehingga dilihat dari segi ini tidak lagi optimum.
Oleh karena itu, industri tersebut baru akan pindah bila penghematan yang dibawa
oleh aglomeration economies lebih besar daripada kenaikan
biaya angkutan yang dibawakan kepindahan tersebut.
Pada
intinya, teori Weber beranggapan bahwa lokasi akan optimal apabila pabrik
berada di sentral, karena biaya transportasi dari manapun akan rendah. Biaya
tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu transportasi bahan mentah yang
didatangkan dari luar serta transportasi hasil produksi yang menuju ke pasaran.
Menurut
Weber, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu faktor
tenaga kerja dan biaya transportasi yang merupakan faktor regional yang
bersifat umum, serta faktor deglomerasi/aglomerasi yang bersifat lokal dan
khusus. Dalam menyusun konsepnya, Weber melakukan penyederhanaan dengan
membayangkan adanya bentang lahan yang homogen dan datar, serta mengesampingkan
upah buruh dan jangkauan pasaran. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya
transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational
triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi
optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar.
Kelebihan dari teori ini yaitu
lebih memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh oleh sebuah industri. Akan
tetapi teori ini memiliki kekurangan, yaitu berupa tidak diperhitungkannya
biaya transportasi dan upah buruh/karyawan yang bekerja di industri tersebut.
No comments:
Post a Comment