Laman

30 December 2015

TEORI FRANCOS PERROUX (Pusat Pertumbuhan)

Pusat Pertumbuhan di Kab. Simalungun

   

   Kabupaten Simalungun adalah kabupaten ketiga terbesar di daerah Sumatera Utara setelah Kabupaten Madina dan Langkat. Kabupaten Simalungun memiliki letak yang strategis karena berada diantara delapan daerah kabupaten, antara lain Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara dan Pematangsiantar. Luas daerah Kabupaten Simalungun 4.386,60 Km2 dan dibagi atas 31 kecamatan. Kecamatan terbesar adalah Raya dengan luas daerah 335,60 Km2 dan kecamatan yang memiliki luas daerah terkecil adalah Haranggaol Horison dengan luas daerah 34,50 Km2. Dengan memiliki wilayah yang sangat luas tentu Kabupaten Simalungun sangat berpotensi untuk membangun perekonomian daerahnya.
    Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kab Simalungun, dari tahun 2006 – 2010 PDRB Kabupaten Simalungun mengalami peningkatan yang rendah, yakni berkisar 4.5 - 6% setiap tahunnya. Dan bila dilihat dari struktur PDRBnya, tidak ada perubahan yang signifikan yang terjadi pada kontribusi masing-masing sektornya dimana sebagian besar masih bertumpu pada sektor pertaniannya. Pada tahun 2006, kontribusi sebagian besar disumbang oleh empat sektor yakni; sektor Pertanian (58.13%), kemudian disusul oleh sektor Industri Pengolahan (16.28%), sektor Jasa (10.71%) dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant (8.01%). Kondisi ini tidak mengalami perubahan pada tahun 2010, sebagian besar masih diberikan oleh keempat sektor diatas dan dengan urutan yang sama dengan tahun 2006. Pada tahun 2010 sektor pertanian menyumbang sebesar 57,75%, sektor Industri Pengolahan (14.80%), sektor Jasa (12.14%), dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant (8.21%).

Pusat Pertumbuhan di Simalungun

   Hasil analisis skalogram yakni analisis yang hanya melihat dari keberadaan fasilitasnya, kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok. Dari 30 jenis fasilitas yang didata, jumlah jenis fasilitas tertinggi yang ada didalam satu kecamatan adalah sebanyak 25 jenis fasilitas, sementara yang terendah adalah 13 jenis fasilitas. Dengan memperhitungkan selisih antara jumlah fasilitas tertinggi dan fasilitas terendah, maka kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun dibagi kepada 5 kelompok. Hasil analisis skalogram setiap kecamatan di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada tabel d bawah.
       Kelompok I merupakan kelompok kecamatan dengan tingkat keberadaan fasilitas yang tertinggi yakni kecamatan yang memiliki 23 – 25 jenis fasilitas. Kecamatan yang berada di Kelompok I yakni Kecamatan Bandar, Girsang Simpangan Bolon, Tapian Dolok, Dolok Panribuan, Jorlang Hataran. Jenis fasilitas yang membedakan kelompok I dengan kelompok lainnya adalah keberadaan Rumah Sakit (Bandar, Girsang Simpangan Bolon, Tapian Dolok), Universitas (Bandar, Tapian Dolok), Restoran (Bandar, Girsang Simpangan Bolon, Dolok Panribuan, Jorlang Hataran). Keberadaan rumah sakit dan universitas di Kecamatan Bandar dan Kecamatan Tapian Dolok sangat erat hubungannya dengan jumlah penduduk pada kecamatan tersebut yang banyak. Sedangkan keberadaan Restoran di Kecamatan Bandar, Girsang Simpangan Bolon, Dolok Panribuan dan Jorlang Hataran selain dipengaruhi oleh jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh keberadaan Objek Wisata yang ada pada kecamatan tersebut. 
       Kecamatan yang juga memiliki keberadaan fasilitas yang tinggi adalah kecamatan yang berada di Kelompok II yakni Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Pematang Bandar, Bandar Huluan, Tanah Jawa, Bosar Maligas, Raya, Hutabayu Raja, Bandar Masilam, Panei dengan jumlah fasilitas 21-22 jenis. Jenis fasilitas yang membedakan kelompok II yakni : Kantor Pemerintahan, Rumah Sakit, SMA Negeri, SMK Negeri, SMK Swasta, Bank. Dan yang berada di kelompok III yakni dengan ketersediaan fasilitas yang sedang yakni memiliki 18-19 jenis fasilitas ada 12 kecamatan yaitu : Siantar, Gunung Malela, Sidamanik, Jawa Maraja Bah Jambi, Hatonduhan, Raya Kahean, Silou Kahean, Dolok Silou, Silimakuta, Haranggaol Horison, Panombeian Panei dan Dolok Pardamean. Jenis fasilitas yang menentukan kecamatan yang termasuk kedalam Kelompok III yakni: bank, non bank, SMA Swasta.


Kelompok Kecamatan Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas Sosial,
Ekonomi, Pemerintahan Tahun 2010 Di Kabupaten Simalungun
                       
  No
Kecamatan
Jumlah Fasilitas
Kelompok
1
Bandar
25
I
2
Girsang Sipangan Bolon
24
I
3
Tapian Dolok
23
I
4
Dolok Panribuan
23
I
5
Jorlang Hataran
23
I
6
Dolok Batu Nanggar
22
II
7
Pematang Bandar
22
II
8
Bandar Huluan
22
II
9
Tanah Jawa
21
II
10
Bosar Maligas
21
II
11
Raya
21
II
12
Hutabayu Raja
21
II
13
Bandar Masilam
21
II
14
Panei
21
II
15
Siantar
20
III
16
Gunung Malela
20
III
17
Sidamanik
20
III
18
Jawa Maraja Bah Jambi
20
III
19
Hatonduhan
19
III
20
Raya Kahean
19
III
21
Silou Kahean
19
III
22
Dolok Silou
19
III
23
Silimakuta
19
III
24
Haranggaol Horison
19
III
25
Panombeian Panei
18
III
26
Dolok Pardamean
18
III
27
Ujung Padang
17
IV
28
Purba
17
IV
29
Gunung Maligas
16
IV
30
Pematang Sidamanik
16
IV
31
Pematang Silimahuta
13
V

Sumber : BPS Kab. Simalungun, diolah

      Kelompok V merupakan kelompok kecamatan yang memiliki tingkat keberadaan fasilitas yang paling rendah, yakni hanya memiliki 13 jenis fasilitas. Kecamatan yang berada di Kelompok V adalah Kecamatan Pematang Silimahuta. Hal ini berhubungan dengan kecamatan Pematang Silimahuta yang baru saja mengalami pemekaran sehingga masih dalam tahap pembenahan. Sementara itu kecamatan yang juga memiliki tingkat ketersediaan fasilitas yang rendah adalah kecamatan yang berada di kelompok IV yaitu Kecamatan Ujung Padang, Purba, Gunung Maligas, Pematang Sidamanik dengan 16 - 17 jenis fasilitas. 
   Pada hasil analisis skalogram diatas, dapat dilihat bahwa ada kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang besar akan tetapi tingkat keberagaman fasilitas yang ada pada kecamatan tersebut rendah seperti Kecamatan Siantar dan Ujung Padang. Dan ada juga kecamatan yang memiliki luas penduduk yang kecil tetapi memiliki keberagaman fasilitasyang tinggi seperti Girsang Simpangan Bolon, Jorlang Hataran dan Dolok Panribuan. Meskipun demikian, untuk menentukan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan tidak cukup hanya melihat keberagaman fasilitasnya saja, tetapi juga mempertimbangkan frekuensi setiap jenis fasilitas tersebut. Tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kecamatan mempengaruhi indeks sentralitas kecamatan tersebut. Semakin tinggi frekuensinya maka akan semakin besar nilai pusatnya.


Perhitungan Nilai Indeks Sentralitas Setiap Kecamatan
Di Kabupaten Simalungun

No

Jumlah
Nilai


No
Analisis
Kecamatan
Hierarki

Penduduk
Sentralitas


Skalogram









1
15
Siantar
62916
2545.000
I

2
1
Bandar
63584
1956.000
II

3
9
Tanah Jawa
46568
1814.294
II

4
11
Raya
30876
1780.952
II

5
10
Bosar Maligas
38970
1738.095
II

6
27
Ujung Padang
40522
1676.471
III

7
6
Dolok Batu Nanggar
39364
1568.182
III

8
12
Hutabayu Raja
29135
1461.810
III

9
7
Pematang Bandar
31324
1381.818
III

10
17
Sidamanik
27053
1320.000
III

11
16
Gunung Malela
32676
1295.000
III

12
14
Panei
21425
1128.571
IV

13
30
Pematang Sidamanik
16283
1062.500
IV

14
8
Bandar Huluan
25738
1004.545
IV

15
3
Tapian Dolok
38034
995.652
IV

16
4
Dolok Panribuan
17947
969.565
IV

17
13
Bandar Masilam
24316
961.905
IV

18
28
Purba
21830
958.824
IV

19
29
Gunung Maligas
26173
950.000
IV

20
19
Hatonduhan
21140
936.842
IV

21
21
Silou Kahean
17000
931.579
IV

22
20
Raya Kahean
17398
921.053
IV

23
26
Dolok Pardamean
16008
850.000
V

24
25
Panombeian Panei
19193
827.778
V

25
2
Girsang Sipangan Bolon
14325
808.333
V

26
23
Silimakuta
13611
784.211
V

27
5
Jorlang Hataran
15316
756.522
V

28
22
Dolok Silou
13716
731.579
V

29
18
Jawa Maraja Bah Jambi
19951
710.000
V

30
31
Pematang Silimahuta
10334
446.154
V

31
24
Haranggaol Horison
4994
431.579
V



Sumber : BPS Kab.Simalungun 2011, diolah

     Berdasarkan nilai sentralitasnya maka kecamatan di Kabupaten Simalungun terdiri dari 5 Hierarki. Pembagian hierarki ini dasarkan atas dasar perhitungan Sturges. Hierarki setiap kecamatan adalah sebagai berikut :
  • Hierarki I adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas paling/memiliki nilai sentralitas yang paling tinggi yakni Kecamatan Siantar. 
  • Hierarki II adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks sentralitas tinggi ada 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bandar, Tanah Jawa, Raya, Bosar Maligas. 
  • Hierarki III adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks sentralitas yang sedang ada 6 kecamatan yaitu : Kecamatan Ujung Padang, Dolok Batu Nanggar, Hutabayu Raja, Pematang Bandar, Sidamanik, dan Gunung Malela. 
  • Hierarki IV adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks sentralitas rendah, ada 11 kecamatan yaitu : Kecamatan Panei, Pematang Sidamanik, Bandar Huluan, Tapian Dolok, Dolok Panribuan, Bandar Masilam, Purba, Gunung Maligas, Hatonduhan, Silou Kahean, Raya Kahean. 
  • Hierarki V adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks sentralitas paling rendah, ada 9 kecamatan yaitu : Dolok Pardamean, Panombeian Panei, Girsang Simpangan Bolon, Silimakuta, Jorlang Hataran, Dolok Silou, Jawa Maraja Bah Jambi, Pematang Silimahuta, Haranggaol Horison.
      Berdasarkan peringkat hierarki diatas, maka ada 5 kecamatan yang dapat ditetapkan sebagai kecamatan pusat pertumbuhan, yaitu Kecamatan Siantar, Bandar, Tanah Jawa, Raya dan Bosar Maligas. Hal ini didasarkan pada ketersediaan fasilitas pada kecamatan tersebut, baik dari keberagaman dan frekuensinya lebih baik dibandingkan dari kecamatan yang lainnya.

Kesimpulan



     Berdasarkan data-data yang telah dihimpun, kemudian dianalisis dengan metode analisis yang telah disebutkan sebelumnya, maka dari penelitian yang dilakukan dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut ini : 
  1. Berdasarkan hasil analisis skalogram dan indeks sentralitas yang dilakukan dengan menggunakan 30 jenis fasilitas yang dijadikan sebagai indikator terdapat 5 kecamatan yang ditetapkan sebagai kecamatan pusat pertumbuhan yaitu : Kecamatan Siantar, Bandar, Tanah Jawa, Raya dan Bosar Maligas. Kelima kecamatan tersebut memiliki nilai sentralitas yang lebih tinggi dari kecamatan lainnya. 
  2. Berdasarkan hasil analisis gravitasi menunjukkan bahwa kecamatan pusat pertumbuhan Siantar memiliki hubungan interaksi yang paling kuat dengan Kecamatan Gunung Malela sebagai wilayah hinterlandnya. Kecamatan pusat pertumbuhan Bandar memiliki hubungan interaksi yang paling kuat dengan Kecamatan Pematang Bandar. Kecamatan Tanah Jawa sebagai kecamatan pusat pertumbuhan memiliki hubungan interaksi yang paling kuat dengan Kecamatan Hatonduhan. Kecamatan pusat pertumbuhan selanjutnya yakni Kecamatan Raya memiliki interaksi yang paling kuat dengan Kecamatan Panei sebagai kecamatan hinterlandnya. Dan kecamatan pusat pertumbuhan Bosar Maligas memiliki hubungan interaksi yang paling kuat dengan Kecamatan Bandar. Selain hubungan interaksi antara kecamatan pusat pertumbuhan dengan wilayah hinterlandnya, terdapat juga intraksi sesama kecamatan pusat pertumbuhan. Kecamatan pusat pertumbuhan yang memiliki hubungan interaksi dengan sesama kecamatan pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Tanah Jawa dengan Siantar dan Kecamatan Bandar dengan Bosar Maligas.

No comments: